Selasa, 02 Desember 2014



Tanggal : 26  November  2014
                                                                                    Waktu   : 10.00 – 13.00
                                                                                    Dosen   : Hermawan Seftiono

ENZIM
Kelompok  I
Izzah Mubarokah                                13106004
Alma Rahmawati                                13106014
Mega Pertiwi                                       13106005
Riskya Heldiana                                  13106009






ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS BIOINDUSTRI
UNIVERSITAS TRILOGI
2014


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Enzim protase yang telah lama digunakan untuk pengempukan daging berasal dari tanaman misalnya enzim dari alam, enzim papain, rennin, fisin dan bromelin. Kebanyakan enzim dari alam terdapat pada bahan pangan, misalnya bromelin terdapat pada tanaman nanas dan papain terdapat pada tanaman papaya.
Papain merupakan enzim proteolitik yang diambil dari pepaya (Carica papaya).Papain digunakan untuk pengempukan daging, bahan penjernih pada industri minuman bir, industri tekstil, industri penyamakan kulit, industri farmasi dan alat alat kecantikan (kosmetik) dan lain lain. Papain biasadiperdagangkan dalam bentuk serbuk putih kekuningan dan harus disimpan dibawahtemperatur 4 °C (Fitriani, 2006). Papain merupakan  salah satu enzim proteolitik yang dihasilkan dari isolasi penyadapan getah buah pepaya. Enzim papain berasal dari buah pepaya, sedangkan kandungan tertinggi papain terdapat pada buah pepaya muda. Dalam getah pepaya yang masih muda terdapat tiga jenis enzim, yaitu enzim papain, kimopapain dan lisozim. Enzim papain dan kimopapain ini mempunyai kemampuan menguraikan ikatan-ikatan dalam molekul protein, sehingga protein terurai menjadi polipeptida dan dipeptida. Akan tetapi, untuk proses pengempukkan daging lebih efektif menggunakan enzim papain
Enzim bromelin adalah enzim yang secara alami terdapat pada buah dan batang nanas . bromelin merupakan salah satu jenis enzim. Protease sulfhidril yang mampu menghidrolisis ikatan peptida pada protein atau polipeptida menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino. Enzim ini mempunyai berat molekul 33.000. Enzim Bromelain dipergunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi dan obat-obatan.
Penelitian enzim Bromelain telah dilakukan oleh Peckolt (1870), Chittenden (1892) dan Caldwell(1905). Penelitian yang dilakukan oleh pakar tersebut meliputi cara-cara isolasi enzim bromelain dari sari buah nanas. Penelitian untuk memproduksi enzim bromelain untuk skala industri dilakukan oleh Balls dan kawan-kawan pada tahun 1942.
Aktivitas enzim bromelain dipengaruhi oleh beberapa inhibitornya seperti diisopropilfosfofluoridat(DIPF), yang dilaporkan oleh Murachi T dan Yasui.M pada tahun 1965 dapat menghambat aktivitas katalitik dari enzim bromelain. Disamping itu Husain S dan Lowe G juga meneliti bagian aktif dari enzim bromelain, secara sederhana digambarkannya deretan asam amino pada pusat aktif dari enzim bromelain sebagai berikut:
Cys – Gly – Ala – Cys* - Trp
Dalam hal ini Cys* merupakan bagian aktif dari bromelain.
Enzim polifenol oksidase (PPO) adalah enzim oksidoreduktase yang mengandung tembaga (Cu) yang umumnya dikenal berperan dalam proses melanisasi pada hewan dan pencoklatan pada tanaman. Enzim PPO tersebar luas di alam, mempunyai berat molekul 128.000 dalam keadaan murni, tidak berwarna, dan stabil pada pH netral. Pertama kali diidentifikasi pada tahun 1975 dari jamur. Konsentrasi enzim yang tinggi ditemukan pada jamur, umbi kentang, apel, pisang, alpukat, daun teh, biji kopi, dan daun tembakau. Selain pada tanaman, enzim PPO juga ditemukan pada bakteri dan mamalia.
Enzim PPO terdapat dalam plastida dan kloroplas, juga ditemukan terlarut dalam sitoplasma pada tanaman yang tua dan sebagai fraksi terlarut dari homogenat beberapa sayur. Enzim polifenol oksidase atau PPO (Polyphenol Oxidase) telah banyak dilaporkan oleh beberapa peneliti bahwa enzim tersebut di dalam tanaman berperan terhadap sistem ketahanan dan penyembuhan jaringan yang terluka. Pencegahan proses pencoklatan sangat penting dalam industri makanan, karena warna seringkali dianggap sebagai tolak ukur konsumen dalam memilih makanan.


1.2  Tujuan
      1. Mengetahui jenis enzim alami yang bermanfaat dalam bidang pangan
2. Mengetahui cara kerja enzim protease dalam menghidrolisis protein
3. Mengatahui proses browning secara enzimatis dan mengetahui proses pencegahannya







 

                                                                                   BAB II
                                                                            METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 26 November 2014 pukul 10.00 – 13.00 WIB. Di laboratorium Biokimia Universitas Trilogi Lt.4.
2.2 Alat dan Bahan
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan : Daging, Jus nenas, Papain (getah papaya), Apel, dan Kentang
Alat     : Beaker glass, Gelas ukur, Blender, Pisau, Saringan, dan Gelas Plastik.
2.3 Prosedur Kerja
A. Bromelin
Buah nanasnya dihaluskan terlebih dahulu sampai lembut dengan blender. Pada proses ini digunakan aquades sebanyak 100 mL, penambahan air pada proses ini, harus diusahakan seminimal mungkin, karena bila terlalu banyak akan mempengaruhi jumlah enzim yang diperoleh.
Penyaringan dimaksud untuk memisahkan ampas dan filtrat. Filtrat ini lah yang digunakan untuk proses isolasi enzim, sedangkan ampasnya dibuang. Filtrat dari penyaringan tidak dapat langsung digunakan namun harus didiamkan terlebih dahulu selama 15 menit. Tujuan didiamkan ini yaitu untuk mengendapkan serat-serat nenas yang masih ikut tersaring pada proses penyaringan
Sebanyak 3 buah beaker glass yang diisi potongan daging. Beaker glass pertama berperan sebagai kontrol.  beaker glass kedua dan ketiga diisi dengan filtrat nenas. Beaker glass kedua disimpan ke dalam lemari pendingin dan beaker glass ketiga disimpan pada suhu kamar dan dimati setelah satu jam dan dua jam. Perubahan yang terjadi diamati pada saat praktikum.






B. Papain
Buah pepaya dihaluskan terlebih dahulu sampai lembut dengan blender. Pada proses ini digunakan aquades sebanyak 100 mL, penambahan air pada proses ini, harus diusahakan seminimal mungkin, karena bila terlalu banyak akan mempengaruhi jumlah enzim yang diperoleh.
Penyaringan dimaksud untuk memisahkan ampas dan filtrat. Filtrat ini lah yang digunakan untuk proses isolasi enzim, sedangkan ampasnya dibuang. Filtrat dari penyaringan tidak dapat langsung digunakan namun harus didiamkan terlebih dahulu selama 15 menit. Tujuan didiamkan ini yaitu untuk mengendapkan serat-serat nenas yang masih ikut tersaring pada proses penyaringan
Sebanyak 3 buah beaker glass yang diisi potongan daging. Beaker glass pertama berperan sebagai kontrol.  beaker glass kedua dan ketiga diisi dengan filtrat pepaya. Beaker glass kedua disimpan ke dalam lemari pendingin dan beaker glass ketiga disimpan pada suhu kamar dan dimati setelah satu jam dan dua jam. Perubahan yang terjadi diamati pada saat praktikum.

C. Polifenol Oksidase
Buah apel dan kentang dipotong-potong hingga membentuk dadu, kemudaian dipisahkan menjadi 5 bagian. Bagian pertama disimpan dalam beaker glass atau wadah plastik sebagai kontrol. Bagian kedua rendam potongan apel dalam larutan asam askorbat (vitamin C). Bagian ketiga direndam dalam larutan garam. Bagian keempat direndama dalam air. Bagian kelima direndam dalam air hangat pada suhu 80°C selama 10 menit. Kemudian amati seteleah 1 dan 2 jam percobaan.








BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
v  Hasil Pengamatan Enzim Papain
No Beaker
Campuran Larutan
Hasil Pengamatan
Sebelum
Sesudah
2 (1 jam) Suhu Ruang
Larutan enzim papain  + potongan daging
·         Warna : Merah tua (segar)
·         Tekstur: liat, seratnya padat
·         Aroma: Amis khas daging
·         Warna : Merah Pucat
·         Tekstur: Empuk, serat agak padat
·         Aroma : Amis khas daging (bercampur aroma khas pepaya)
2 (1 jam)
Suhu Dingin
Larutan enzim papain + potongan daging
·         Warna : Merah tua (segar)
·         Tekstur: liat, seratnya padat
·         Aroma: Amis khas daging
·         Warna : Merah cerah (sedang)
·         Tekstur: Empuk, serat merenggang
·         Aroma : Amis khas daging (bercampur aroma khas pepaya)
2 (2 jam )
Suhu Ruang
Larutan enzim papain + potongan daging
·         Warna : Merah tua (segar)
·         Tekstur: liat, seratnya padat
·         Aroma: Amis khas daging
·         Warna : Merah Sangat Pucat
·         Tekstur: Empuk (lunak), serat merenggang
·         Aroma : Amis khas daging (bercampur aroma khas pepaya)
2 (2 jam)
Suhu Dingin
Larutan enzim papain + potongan daging
·         Warna : Merah tua (segar)
·         Tekstur: liat, seratnya padat
·         Aroma: Amis khas daging
·         Warna : Merah Pucat
·         Tekstur: Empuk (lunak), serat merenggang
·         Aroma : Amis khas daging (bercampur aroma khas pepaya)






v  Hasil Pengamatan Enzim Bromelin
Nama Beaker
Campuran Larutan
Hasil Pengamatan Daging
Sebelum direndam
Sesudah di rendam
2 (1 jam) Suhu Ruang
Filtrat nanas + potongan daging
·         Warna : Merah tua (segar)
·         Tekstur: liat, seratnya padat
·         Aroma: Amis khas daging
·         Warna : Merah cerah (sedikit pucat)
       Tekstur: Lunak
        Aroma : Amis khas daging (bercampur aroma nanas)
2 (1 jam)
Suhu Dingin
Filtrat nanas + potongan daging
·         Warna : Merah tua (segar)
·         Tekstur: liat, seratnya padat
·         Aroma: Amis khas daging
·         Warna : Merah agak pucat
         Tekstur: Agak lunak
·         Aroma : Amis khas daging (bercampur aroma nanas)
2 (2 jam )
Suhu Ruang
Filtat nanas + potongan daging
·         Warna : Merah tua (segar)
·         Tekstur: liat, seratnya padat
·         Aroma: Amis khas daging
·         Warna : Merah Sangat Pucat
·         Tekstur: Sangat Empuk (lunak), mudah hancur
·         Aroma : Amis khas daging (bercampur aroma nanas)
2 (2 jam)
Suhu Dingin
Filtrat nanas + potongan daging
·         Warna : Merah tua (segar)
·         Tekstur: liat, seratnya padat
·         Aroma: Amis khas daging
·         Warna : Merah agak coklat
·         Tekstur: Empuk (lunak), tidak mudah hancur
·         Aroma : Amis khas daging (bercampur aroma nanas)












v  Hasil pengamatan polifenol oksidase
1.                  Apel
No Beaker
Campuran Larutan
Hasil Pengamatan
Sebelum Direndam
Sesudah Direndam
Apel 1 (1Jam)
Tidak Ada
Warna : Putih
Warna : Coklat
Tekstur : Keras
Tekstur : Keras
Aroma : Khas Apel
Aroma : Khas Apel
 Apel 2 (1Jam)
Larutan Asam Askorbat
Warna : Putih
Warna : Tetap Putih
Tekstur : Keras
Tekstur : Tetap Keras
Aroma : Khas Apel
Aroma : Khas Apel
Apel 3 (1Jam)
Larutan Garam
Warna : Putih
Warna : sedikit coklat
Tekstur : Keras
Tekstur : Tetap Keras
Aroma : Khas Apel
Aroma : Khas Apel
Apel 4 (1Jam)
Air
Warna : Putih
Warna : Tetap Putih
Tekstur : Keras
Tekstur : Tetap Keras
Aroma : Khas Apel
Aroma : Khas Apel
Apel 5 (1Jam)
Air Hangat
Warna : Putih
Warna : Coklat
Tekstur : Keras
Tekstur : Empuk
Aroma : Khas Apel
Aroma : Khas Apel
Apel 1 (2Jam)
Tidak Ada
Warna : Putih
warna : Lebih Coklat
Tekstur : Keras
Tekstur : Keras
Aroma : Khas Apel
Aroma : Khas Apel
 Apel 2 (2Jam)
Larutan Asam Askorbat
Warna : Putih
Warna : Tetap Putih
Tekstur : Keras
Tekstur : Tetap Keras
Aroma : Khas Apel
Aroma : Khas Apel
Apel 3 (2Jam)
Larutan Garam
Warna : Putih
Warna : Tetap Putih
Tekstur : Keras
Tekstur : Empuk
Aroma : Khas Apel
Aroma : Khas Apel
Apel 4 (2Jam)
Air
Warna : Putih
Warna : coklat Sedikit
Tekstur : Keras
Tekstur : Empuk
Aroma : Khas Apel
Aroma : Khas Apel
Apel 5 (2Jam)
Air Hangat
Warna : Putih
Warna : Coklat
Tekstur : Keras
Tekstur : Lebih Empuk
Aroma : Khas Apel
Aroma : Khas Apel













2.                  Kentang
No Beaker
Campuran Larutan
Hasil Pengamatan
Sebelum
Sesudah
kentang 1 (1Jam)
Tidak Ada
Warna : Putih
Warna : Coklat
Tekstur : Keras
Tekstur : Keras
Aroma : Khas kentang
Aroma : Khas kentang
 kentang 2 (1Jam)
Larutan Asam Askorbat
Warna : Putih
Warna : Tetap Putih
Tekstur : Keras
Tekstur : Tetap Keras
Aroma : Khas kentang
Aroma : Khas kentang
kentang 3 (1Jam)
Larutan Garam
Warna : Putih
Warna : sedikit coklat
Tekstur : Keras
Tekstur : Tetap Keras
Aroma : Khas kentang
Aroma : Khas kentang
kentang 4 (1Jam)
Air
Warna : Putih
Warna : Tetap Putih
Tekstur : Keras
Tekstur : Tetap Keras
Aroma : Khas kentang
Aroma : Khas kentang
kentang 5 (1Jam)
Air Hangat
Warna : Putih
Warna : tetap Putih
Tekstur : Keras
Tekstur : Empuk
Aroma : Khas kentang
Aroma : Khas kentang
kentang 1 (2Jam)
Tidak Ada
Warna : Putih
warna : Lebih Coklat
Tekstur : Keras
Tekstur : Keras
Aroma : Khas kentang
Aroma : Khas kentang
 kentang 2 (2Jam)
Larutan Asam Askorbat
Warna : Putih
Warna : Tetap Putih
Tekstur : Keras
Tekstur : Tetap Keras
Aroma : Khas kentang
Aroma : Khas kentang
kentang 3 (2Jam)
Larutan Garam
Warna : Putih
Warna : H
Tekstur : Keras
Tekstur : H
Aroma : Khas kentang
Aroma : Khas kentang
kentang 4
(2 Jam)
Air
Warna : Putih
Warna : tetap putih
Tekstur : Keras
Tekstur : Empuk
Aroma : Khas kentang
Aroma : Khas kentang
kentang 5
 (2 Jam)
Air Hangat
Warna : Putih
Warna : Tetap Putih
Tekstur : Keras
Tekstur : Lebih Empuk
Aroma : Khas kentang
Aroma : Khas kentang









3.2 Pembahasan

*      Uji Enzim Papain
Papain merupakan salah satu enzim proteolitik yang paling banyak digunakan dalam industri. Enzim ini biasanya disintesis dari buah papaya. Buah pepaya yang berumur 2,5 - 3 bulan disadap dan getahnya ditampung. Pada 1 (satu) buah pepaya dapat dilakukan 5 kali sadapan. Tiap sadapan menghasilkan + 20 gram getah. Getah dapat diambil setiap 4 hari dengan cara menggoreskan buah tersebut dengan pisau (Gilvery dan Goldstein 1996).
Temperatur optimum merupakan kondisi dimana enzim tersebut bekerja secara maksimal. Berdasarkan literatur  Temperatur Optimum untuk aktivitas enzim papain yaitu berada pada kisaran suhu 65 °C- 80oC. Suhu di atas 90oC akan cepat menonaktifkan enzim. Suhu optimm yang siperoleh pada percobaan sama dengan temperature berdasarkan literature yaitu pada suhu 65oC. Penentuan  suhu optimum aktivitas dari enzim papain ini yaitu untuk mengoptimasi dari kerja enzim tersebut. 
Papain juga dapat memecah makanan yang mengandung protein hingga terbentuk berbagai senyawa asam amino yang bersifat autointoxicating atau otomatis menghilangkan terbentuknya substansi yang tidak diinginkan akibat pencernaan yang tidak sempurna.
Papain terdiri atas 212 asam amino yang distabilkan oleh 3 jembatan disulfida. Struktur 3 dimensinya terdiri atas 2 domain struktural yang berbeda dengan celah di antaranya. Celah itu mengandung tapak aktif, yang mengandung triade katalisis yang sudah disamakan dengan kimotripsin. Sama halnya dengan daging sapi yang diberi enzim bromelin (filtrat nanas) enzim papain dan ditempatkan dalam suhu lemari es hasilnya lebih optimal dapat mengempukkan daging sapi dibandingkan dengan daging sapi yang diberi enzim papain dan di tempatkan pada suhu kamar. Keempukkan daging juga dipengaruhi lama pemeraman daging dengan enzim papain, semakin lama pemeraman daging yang ditambahkan enzim papain maka daging semakin empuk. Pada praktikum ini daging yang diperam dengan enzim papain selama 2 jam pada suhu lemari es adalah daging yang paling empuk.
Proses pengempukan terjadi karena proteolisis pada berbagai fraksi protein daging oleh enzim. Proteolisis kolagen menjadi hidroksiprolin mengakibatkan shear force kolagen berkurang sehingga keempukan daging meningkat (Fogle et al., 1982). Dalam hal pengempukan daging, enzim bromelin lebih optimal melunakkan daging daripada enzim papain.
Suhu yang tinggi akan menaikkan aktivitas enzim namun sebaliknya juga akan mendenaturasi enzim (Martoharsono, 1994). Peningkatan temperatur dapat meningkatkan kecepatan reaksi karena molekul atom mempunyai energi yang lebih rendah energi yang lebih besar dan mempunyai kecenderungan untuk berpindah. Ketika temperatur meningkat, proses denaturasi juga mulai berlangsung dan menghancurkan aktivitas molekul enzim. Hal ini dikarenakan adanya rantai protein yang tidak terlipat setelah pemutusan ikatan yang lemah sehingga secara keseluruhan kecepatan reaksi akan menurun (Lee, 1992)

*      Uji Enzim Bromelin
Enzim bromelin adalah enzim yang secara alami terdapat pada buah, batang nanas, ataupun kulit nanas. Bromelin termasuk enzim proteolitik yang membantu mencerna protein. Nanas mengandung proteolytic enzyme bromelain yang berfungsi mencernakan makanan dan melarutkan protein. Protein bromelin memiliki potensi yang sama dengan papain yang ditemukan pada pepaya yang dapat mencerna protein sebesar 1000 kali beratnya, sehingga nanas bermanfaat sebagai penghancur lemak. Bromelin dapat membantu melarutkan pembentukan mukus dan juga mempercepat pembuangan lemak melalui ginjal. Bromelin juga memiliki asam sitrat dan malat yang penting dan diperlukan untuk memperbaiki proses pembuangan lemak dan mangan, dan menjadi komponen penting enzim tertentu yang diperlukan dalam metabolisme protein dan karbohidrat.
Buah nanas mengandung enzim bromelin, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim tersebut akan bekerja secara optimal tergantung dari konsentrasi yang diberikan. Enzim bromelin mampu menguraikan serat-serat daging, sehingga daging menjadi lebih empuk.
Proses pengempukan terjadi karena proteolisis pada berbagai fraksi protein daging oleh enzim. Proteolisis kolagen menjadi hidroksiprolin mengakibatkan shear force kolagen berkurang sehingga keempukan daging meningkat. Proteolisis miofibril menghasilkan fragmen protein dengan rantai peptida lebih pendek. Semakin banyak terjadi proteolisis pada miofibril, maka semakin banyak protein terlarut dalam larutan garam encer. Terhidrolisisnya kolagen dan miofibril menyebabkan hilangnya ikatan antar serat dan juga pemecahan serat menjadi fragmen yang lebih pendek, menjadikan sifat serat otot lebih mudah terpisah sehingga daging semakin empuk. Enzim bromelin yang dapat membantu memperlancar pencernaan dalam lambung akan diuji coba pengaruhnnya pada daging sapi.
Dalam tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa daging yang diberi enzim bromelin (pada praktikum ini menggunakan filtrat nanas) dalam waktu 1 jam ataupun 2 jam pada suhu lemari es lebih bekerja optimal mengempukkan daging sapi dibandingkan dengan daging sapi yang diberi enzim bromelin pada suhu kamar. Burges dan Shaw dalam Godfrey dan Reichet (1986) menyatakan bahwa enzim akan bekerja secara optimal tergantung dari konsentrasi yang diberikan yaitu suhu.
Prinsipnya sebagian protein akan mengalami denaturasi bila suhunya dinaikkan yang mengakibatkan konsentrasi efektif enzim akan menurun dan daya kerja enzim akan menurun pula. Suhu optimum enzim bromelin adalah 50 sampai 60oC, tetapi pada kisaran 30 sampai 60oC enzim masih bisa bekerja dengan baik . Berdasarkan percobaan, terbukti bahwa suhu berpengaruh terhadap optimalnya kerja enzim, dengan kata lain baik enzim bromelin dapat bereaksi optimal pada suhu lemari es.

Uji Polifenol Oksidase
         Pencoklatan (browning) merupakan proses pembentukan pigmen berwarna kuning yang akan segera berubah menjadi coklat gelap. Pembentukan warna coklat ini dipicu oleh reaksi oksidasi yang di katalis oleh enzim fenol oksidase atau polifenol oksidase, kedua enzim ini dapat mengkatalis oksidasi senyawa fenol menjadi quinon dan kemudian di polimerasi menjadi pigmen melaniadin yang berwarna coklat (Mardiah 1996). Biasanya terjadi pada buah dan sayur yang tersusun atas senyawa fenolik seperti apel dan kentang. Pencoklatan akan terjadi karena ada jaringan tanaman yang terluka, misalnya pemotongan, penyikatan, dan perlakuan lain yang menyebabkan enzim kontak dengan substrat (senyawa fenolik).
         Subsrat untuk polifenol oksidase dalam tanaman biasanya asam amino tirosin dan komponen polifenolik seperti katekin, asam kafeat, pirokatekol/katekol dan asam klorogenat. Tirosin yang merupakan monofenol, pertama kali dihidroksilasi menjadi 3,4-dihidroksifenilalanil dan kemudian di oksidasi menjadi quinon yang akan membentuk warna coklat.

Reaksi pencoklatan enzimatis membutuhkan tiga komponen, yaitupolifenolase aktif, oksigen dan subsrat yang cocok. Penghilangan salah satu di antara komponen tersebut akan melindungi terjadinya reaksi pencoklatan enzimatis. Dengan cara sebagai berikut :
a.       Pengurangan oksigen (O2) atau penggunaan anti oksidan, misalnya vitamin C atau asam askorbat. Antioksidan dapat mencegah oksidasi komponen-komponen fenolat menjadi quinon berwarna gelap.
b.      Pemanasan untuk menginaktivasi enzim-enzim. Enzim umumnya bereaksi optimum pada suhu 30-40oC. PADA SUHU 45oC enzim mulai terdenaturasi dan pada suhu 60oC mengalami dekomposisi.
          Dari hasil praktikum dengan 4 perlakuan pada apel dan kentang untuk menghambat browning enzimatis yang paling efektif adalah pada larutan asam askorbat karena tidak terjadi perubahan warna dan tekstur setelah di rendam selama 1 jam sampai 2 jam.
         Peranan polifenol oksidase dalam bidang pangan dapat berifat positif dan negatif. Dalam bidang pangan reaksi pencoklatan yang positif adalah reaksi maillard dan karamelilasi. Tetapi reaksi ini merupakan reaksi pencoklatan non enzimatis. Kerugian dari reaksi pencoklatan ini adalah terjadinya kegosongan pada bahan pangan. Dan untuk reaksi pencoklatan yang enzimatis menyebabkan kerugian pada bahan pangan yang mengakibatkan perubahan warna dan buah pada sayur.



BAB IV
SIMPULAN


Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan, dapat simpulkan bahwa:
Ø  Enzim bromelin dan enzim papain mampu untuk menguraikan serat-serat daging sehingga daging menjadi lebih empuk
Ø  Enzim bromelin dan enzim papain bekerja optimal pada suhu tertentu. Jika suhu naik maka kerja enzim akan semakin baik namun enzim juga akan lebih cepat mengalami kerusakan (denaturasi protein). Peningkatan temperatur dapat meningkatkan kecepatan reaksi karena molekul atom mempunyai energi yang lebih besar dan mempunyai kecenderungan untuk berpindah.
Ø  Jika suhu turun (dingin) maka enzim akan berhenti bekerja (fase tidur), namun setelah suhu kembali optimal maka enzim akan kembali bekerja.
Ø  Waktu yang digunakan untuk menyimpan daging juga berpengaruh terhadap proses pengempukan daging. Semakin lama waktu yang digunakan, maka daging akan semakuin empuk (lunak)
Ø  Pencoklatan enzimatis dapat terjadi pada buah atau sayur yang terpotong dan terekspos udara, dimana awal reaksi dikatalis oleh enzim. Enzim yang bertanggung jawab dalam reaksi pencoklatan enzimatis adalah oksidase yang disebut polifenol oksidase.
Ø  Dari 4 perlakuan untuk mencegah pencoklatan pada apel dan kentang yang lebih efektif adalah pada larutan asam askorbat.






  



DAFTAR PUSTAKA
       

              http://itp.fateta.ipb.ac.id/id/index.php?option=com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar