Tanggal : 19 November
2014
Waktu : 10.00
– 12.30
Dosen
:
Hermawan Seftiono
“ASAM
AMINO DAN PROTEIN”
Kelompok I
Izzah
Mubarokah 13106004
Alma
Rahmawati 13106014
Mega
Pertiwi 13106005
Riskya
Heldiana 13106009
ILMU
DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS
BIOINDUSTRI
UNIVERSITAS
TRILOGI
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Asam
amino adalah senyawa organic yang merupakan satuan penyusun protein yang mempunyai
gugus amino dan karboksilat. Oleh karena itu asam amino mempunyai sifat-sifat
asam maupun basa. Asam amino bersifat tidak seperti senyawa-senyawa organic,
tetapi mirip dengan garam-garam organic. Pada umumnya asam amino larut dalam
air, tetapi hanya larut sebagian didalam pelarut organic. Titik leleh asam-asam
amino sangat tinggi untuk senyawa-senyawa organic dengan massa molekul relative
rendah dan kebanyakan lebih besar dari 200oC.
hal ini dapat dijelaskan karena asam amino didalam larutan netral akan
membentuk zwitter ion atau ion yang bermuatan ganda. Titik leleh yang tinggi
dapat pula dijelaskan dalam hubungannya dengan energy yang di butuhkan untuk
memecah ikatan-ikatan ionic dalam kisi kristalnya.
Gambar
struktur asam amino
Beberapa
asam amino mengandung gugus terionisasi pada rantai samping R, hal ini
mempengaruhi karakteristik apakah asam amino tersebut bebas di dalam larutan
atau bergabung dengan asam amino yang lain. pada kenyataannya, sifat muatan
dari protein banyaknya gugus yang terionisasi pada rantai samping asam amino.
Dalam protein, asam amino satu dengan asam amino yang lain bergabung melalui
ikatan peptida [-CO – NH-]. Ikatan peptida dibentuk dengan kondensasi gugus
R–COOH dari asam amino yang satu dengan gugus -NH2
dari asam amino yang lain.
Protein
merupakan polimer dari asam amino dimana struktur dari protein ada 4
macam yaitu : stuktur primer; sekunder; tersier; an kuartener. Struktur primer
protein ditentukan oleh ikatan kovalen antara residu asam amino yang berurutan
membentuk ikatan peptide. Struktur sekuner terjadi karena ikatan hydrogen
antara atom O dari gugus karbonil dengan atom H dari gugus amina dalam suatu
rantai polipeptida membentuk konfirmasi spiral yang disebut struktur helix.
Bila ikatan hydrogen terjadi antara dua rantai polipeptida maka membentuk
rantai parallel dengan bentuk berkelok-kelok yang disebut konfirmasi β.
Struktur tersier terbentuk karena terjadinya pelipatan [folding] rantai α-helix,
konfirmasi β maupun gulungan suatu polipeptida
membentuk protein globular. Sebagian besar protein berbentuk globular yang
mempunyai berat molekul > 50.000 merupakan
suatu oligomer yang terjadi dari beberapa rantai polipeptida yang terpisah.
Rantai polipeptida ini mengadakan interaksi memebentuk struktur kuartener dari
protein oligomer. Protein merupakan bahan pembentuk makhluk hidup, katalisator
organic atau biasa disebut enzim, dan bagian penting dari nucleoprotein.
1.2 Tujuan
-
Mempelajari sifat-sifat reaksi asam
amino
-
Melakukan identifikasi asam amino dan
protein
-
Menentukan senyawa-senyawa asam amino
secara kualitatif
BAB II
METODOLOGI
2.1
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan
pada hari Rabu, tanggal 19 November 2014 pukul
10.00 – 12.30 WIB. Di laboratorium Biokimia
Universitas Trilogi Lt.4.
2.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan saat praktikum
uji asam amino dan protein adalah : Tabung reaksi, pipet tetes dan penangas
air.
Bahan-bahan yang digunakan saat
praktikum uji asam amino dan protein adalah :
Sampel
: Albumin, glysin, tyrosin, keju, asam glutamate, prolin, dan tahu.
Pelarut
: Air, HCl 0.1
N, NaOH 0.1
N, etanol, dan kloroform.
Pereaksi
: Ninhidrin dan CuSO4.5H2O
2.3
Prosedur Kerja
- Kelarutan
Asam Amino dan Protein
Reagen
dan bahan :
HCl
0.1
N, NaOH 0.1
N, atanol, kloroform dan air. Asam amino : glisin, asam glutamate, tyrosin,
keju, dan prolin.
Prosedur
:
Diambil
kira-kira 0.1 g asam-asam amino, dimasukkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi. Di setiap masing-masing asam amino diperiksa
kelarutannya dengan pelarut-pelarut sebagai berikut : air, asam encer, basa
encer, atanol dan kloroform.
- Reaksi
Ninhidrin
Reagen
dan bahan :
Asam
amino 1
ml : glisin, albumin, asam glutamate, tyrosin, keju, tahu dan prolin.
Prosedur
:
Di
setiap masing-masing tabung reaksi dimasukkan 1
ml : glisin, albumin, asam glutamate, tyrosin, keju, tahu dan prolin. Kemudian
ditambahkan 5 tetes larutan ninhidrin dan dimasukkan dalam penangas air selama 2
menit.
- Denaturasi
protein oleh panas dan pH
Di
pipet 5 ml dari setiap larutan protein dan dimasukkan dalam 3
tabung reaksi. Ditambahkan HCl 0.5 ml pada tabung ke-1,
NaOH 0.5 ml pada tabung ke-2,
dan air 0.5 ml pada tabung ke-3.
- Uji
biuret
Reagen
dan bahan :
CuSO4.5H2O
10
g/L, NaOH 10 N dan sampel asam amino.
Prosedur
:
Di
masukkan 1 ml asam amino dalam masing-masing tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan 5 tetes CuSO4.5H2O
dan 2
ml NaOH dikocok dan diamati perubahan warna yang terjadi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Penelitian
A.
Kelarutan Asam Amino dan Protein
NO
|
SAMPEL
|
PEREAKSI
|
||||
AIR
|
HCl
|
NaOH
|
KLOROFORM
|
ETANOL
|
||
1
|
GLISIN
|
++
|
++
|
++
|
-
|
-
|
2
|
TYROSIN
|
+
|
++
|
++
|
-
|
-
|
3
|
ASAM GLUTAMAT
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
PROLIN
|
-
|
++
|
++
|
-
|
-
|
Keterangan :
++ : Larut sekali
+ : Sedikit larut
- : Tidak larut
B.
Reaksi Ninhidrin
NO
|
SAMPEL
|
+ 5 TETES NINHIDRIN
|
|
Warna Awal
|
Setelah Dipanaskan
|
||
1
|
GLISIN
|
Bening
|
Ungu Pekat
|
2
|
ALBUMIN
|
Kuning
|
Pink
|
3
|
AIR
|
Bening
|
Bening
|
4
|
KEJU
|
Putih Susu
|
Putih Susu
|
5
|
TYROSIN
|
Bening
|
Bening
|
6
|
ASAM GLUTAMAT
|
Bening
|
Ungu Bening + Endapan
|
7
|
PROLIN
|
Bening
|
Kuning Bening
|
8
|
TAHU
|
Putih
|
Keruh + Endapan Putih
|
C.
Denaturasi Protein oleh Panas dan Ph
NO
|
SAMPEL
|
PEREAKSI
|
||
HCl 0.5 ml
|
NaOH 0.5 ml
|
AIR 0.5 ml
|
||
1
|
GLISIN
|
Bening
|
Bening
|
Bening
|
2
|
ALBUMIN
|
2 fase putih padat dan
kunig
|
Putih Padat
|
Putih Padat
|
3
|
AIR
|
Bening
|
Bening
|
Bening
|
4
|
TYROSIN
|
Bening+Endapan Putih
|
Bening + Endapan
Putih
|
Bening + Endapan Putih
|
5
|
KEJU
|
Putih Susu
|
Putih Susu
|
Putih Susu
|
6
|
ASAM GLUTAMAT
|
Bening
|
Bening
|
Bening
|
7
|
PROLIN
|
Bening
|
Bening
|
Bening
|
8
|
TAHU
|
Bening
|
Kuning Keruh
|
Bening
|
D.Uji
Biuret
NO
|
SAMPEL
|
+5 TETES CuSO4.5H2O+ 2ml NaOH
|
|
WARNA AWAL
|
HASIL
|
||
1
|
GLISIN
|
Bening
|
Biru Muda
|
2
|
ALBUMIN
|
Kuning
|
Ungu
|
3
|
AIR
|
Bening
|
Biru Muda
|
4
|
TYROSIN
|
Bening
|
Putih Kebiruan
|
5
|
KEJU
|
Putih Susu
|
Ungu Muda Susu
|
6
|
ASAM GLUTAMAT
|
Biru
|
Biru Bening
|
7
|
PROLIN
|
Biru
|
Biru Bening
|
8
|
TAHU
|
Putih
|
Ungu Keruh
|
Gambar 3.1.A
Kelarutan Asam Amino
{Glisin}
Gambar 3.1.B
Reaksi Ninhidrin
{Glisin dan Albumin}
Gambar 3.1.C
Denaturasi Protein
{Glisin} {Albumin}
Gambar 3.1.D
Uji Biuret
{Albumin dan Glisin}
3.2
Pembahasan
Pada
praktikum kali ini kita akan mencoba mengetahui kelarutan asam amino dan
protein, reaksi ninhidrin pada asam amino dan protein, denaturasi protein oleh
panas dan pH, serta uji biuret asam amino dan protein.
- Kelarutan
asam amino dan protein
Untuk
menguji kelarutan asam amino pada berbagai pereaksi, diambil sampel asam amino
sebanyak 0.1 g dan dicampurkan dengan pelarut air, HCl, NaOH,
etanol dan kloroform pada masing – masing tabung reaksi. Dari hasil praktikum
diatas diperoleh kelarutan asam amino yang larut baik dengan air, HCl, dan NaOH
adalah sampel asam amino glisin dan tyrosin, tetapi untuk kelarutan tyrosin
dengan air hanya larut sebagian. Sedangkan prolin hanya larut pada pereaksi HCl
dan NaOH. Sedangkan asam glutamate tidak dapat larut pada semua pereaksi
tersebut. Untuk asam amino glisin ia dapat larut baik dengan pereaksi air, HCl
dan NaOH karena sifat dari glisin yang merupakan asam amino yang hidrofilik dan
merupakan asam amino yang memiliki gugus-R berupa hydrogen sehingga dapat larut
dengan air dan pelarut organic polar. Sedangkan untuk tyrosin ia hanya dapat
sedikit larut dalam air karena salah satu dari sifat asam amino tyrosin ini
bersifat hidrofobik, sedangkan pada pereaksi seperti HCl dan NaOH larut dengan baik
karena tyrosin memiliki gugus-R yang mengandung gugus hidroksil [-OH] sehingga
dapat larut pada pereaksi asam dan basa. Asam glutamate tidak dapat larut pada
pereaksi-pereaksi diatas karena asam glutamate memiliki rantai samping yang
mengandung gugus asam atau amidanya (gugus
R bermuatan negatif). Sedangkan prolin hanya
larut pada pelarut yang bersifat asam dan basa karena prolin merupakan asam Amino
dengan gugus R-nya membentuk ikatan siklik dengan gugus amin.
Pada
umunya asam amino dapat larut dalam air, dan tidak larut dalam pelarut organic
non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan
sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri dari
beberapa atom karbon, umumnya kurang larut dalam air tetapi larut dalam pelarut
organik. Demikian pula amina, pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam pelarut organic.
- Reaksi
Ninhidrin
Reaksi ninhidrin dapat dipakai untuk
penentuan kuantitatif asam amino. Dengan memanaskan campuran asam amino dan
ninhidrin, terjadilah larutan berwarna ungu. Uji Ninhidrin merupakan uji warna
pada protein dengan membentuk larutan berwarna ungu akibat adanya gugus
amino bebas. Semua asam amino dan peptida yang mengandung gugus α-amino bebas
memberikan reaksi ninhidrin yang positif. Reaksi positif, mengandung
gugus amino bebas, ditandai dengan warna larutan ungu setelah dipanaskan.
Ninhidrin merupakan reagen pengoksidasi yang sangat kuat, akan bereaksi dengan
asam amino pada pH antara 4 sampai 8. Reaksi ini juga positif untuk amina primer atau ammonia
tanpa adanya CO2 yang dibebaskan. Dari hasil
praktikum di atas yang memiliki reaksi positif menghasilkan warna ungu adalah
glisisn dan asam glutamate. Ninhydrin
merupakan oksidator yang menyebabkan dekarboksilasi oksidatif dari α asam amino
yang menghasilkan CO2, NH3, dan aldehid yang rantainya lebih pendek 1 C dari
asam amino asalnya. Ninhydrin yang tereduksi akan bereaksi dengan NH3 sehingga
membentuk senyawa kompleks berwarna biru atau ungu dengan absorpsi warna
maksimum pada panjang gelombang 570 nm. Reaksi ini bereaksi positif hampir
dengan semua jenis protein. Sedangkan untuk prolin menghasilkan warna kuning karena gugus aminonya tersubstitusi, memberikan hasil reaksi lain yang berwarna
kuning.
- Denaturasi protein oleh panas
dan pH
Denaturasi protein merupakan
suatu proses dimana terjadi perubahan atau modifikasi terhadap konformasi
protein, lebih tepatnya terjadi pada struktur tersier maupun kuartener dari
protein. Pada struktur tersier protein misalnya, terdapat empat jenis interaksi
pada rantai samping seperti ikatan hidrogen, jembatan garam, ikatan disulfida,
interaksi non polar pada bagian non hidrofobik. Adapun penyebab dari denaturasi
protein bisa berbagai macam, antara lain panas, alkohol, asam-basa, maupun
logam berat. Ciri-ciri suatu protein yang mengalami denaturasi bisa dilihat
dari berbagai hal. Salah satunya adalah dari perubahan struktur fisiknya,
protein yang terdenaturasi biasanya mengalami pembukaan lipatan pada
bagian-bagian tertentu. Selain itu, protein yang terdenaturasi akan berkurang
kelarutannya. Lapisan molekul yang bagian hidrofobik akan mengalami perubahan
posisi dari dalam ke luar, begitupun sebaliknya. Hal ini akan membuat perubahan
kelarutan.
Pada
percobaan denaturasi protein ini, dilakukan pengamatan terhadap beberapa jenis protein
dengan menggunakan pereaksi HCl NaOH dan air sebanyak 0,5 ml pada masing-masing
tabung reaksi. Pada sampel albumin, keju dan tirosin mengalami perubahan yang
signifikan pada albumin dan tirosin menghasilkan endapan putih dan untuk keju
menghasilkan warna putih susu setelah dipanskan.
Dari penelitian terhadap
protein terdenaturasi diketahui bahwa struktur primer protein tidak
ada yang rusak. Denaturasi adalah akibat perubahan struktur yang lebih kompleks
dari protein, terutama struktur tersier atau struktur kuartenernya
menjadi struktur primer. Jika suatu protein terdenaturasi, susunan tiga dimensi
khas dari rantai polipeptida akan terganggu dan molekul ini akan terbuka
menjadi struktur yang acak tanpa ada kerusakan pada struktur kerangka kovalen.
Gambar Perubahan
Struktur Protein akibat denaturasi
- Uji
Biuret
Reagen
biuret berfungsi untuk menguji kandunan protein dalam suatu zat makanan apabila
setela ditetesi biuret, makanan/sari makanan yang menandung protein akan
berubah menjadi warna ungu.
Uji ini didasarkan pada reaksi
pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus -CO dan -NH dari rantai peptida dalam
suasana basa.Hasil positifnya akan membentuk warna ungu. Uji Biuret adalah
uji umum untuk protein(ikatan peptida), tetapi tidak dapat menunjukkan asam amino
bebas. Asam amino yang akan diselidiki mula-mula ditetesi sebanyak 5 tetes CuSO4.5H2O + 2
ml larutan NaOH, Jika terbentuk warna ungu berarti zat itu mengandung protein.
Dari hasil percobaan yang mengalami perubahan menjadi warna ungu adalah
albumin,tyrosin dan keju.
BAB IV
SIMPULAN
Dari hasil praktikum diatas
diperoleh simpulan sebagai berikut
- Asam amino
merupakan unit pembangun protein. Protein mengandung molekul organik
kompleks, tersusun dari unsur-unsur C, H, O dan N, serta kadang-kadang P
dan S.
2. Kelarutan asam amino tergantung pada
gugus-R dari masing – masing asam amino. Sebagian besar asam amino tidak dapat
larut dalam pereaksi non polar seperti eter, aseton dan kloroform.
3. Reaksi ninhidrin merupakan reagen
penoksidasi yang yang sangat kuat, akan bereaksi dengan semua asam amino pada
pH 4-8 membentuk senyawa berwarna ungu,
kecuali pada prolin dengan ninhidrin menghasilkan warna kunin.
4. Denaturasi suatu protein yang
mengalami denaturasi bisa dilihat dari berbagai hal. Salah satunya adalah dari
perubahan struktur fisiknya seperti albumin yang berubah warna menjadi putih
padat, protein yang terdenaturasi biasanya mengalami pembukaan lipatan pada
bagian-bagian tertentu.
- Reagen
biuret berfungsi untuk menguji kandunan protein dalam suatu zat makanan
apabila setela ditetesi biuret, makanan/sari makanan yang menandung
protein akan berubah menjadi warna ungu. Seperti albumin dan tyrosin.
DAFTAR PUSTAKA
Jalip, I.S. 2008. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Laboratorium
Kimia, Fakultas Biologi Universitas Nasional.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan
Tinggi. Bandung: Penerbit ITB.
Anonim. 2008. Protein.
Anonim. 2008. Protein.
Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty
Page, D.S. 1997. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Santoso, H. 2008. Protein dan Enzim.
Page, D.S. 1997. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Santoso, H. 2008. Protein dan Enzim.
(http://www.heruswn.teachnology. com) diakses tanggal 26
Oktober 2011.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar